17.31

PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT



BAB I : PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu akan sesuatu inilah yang membentuk pengetahuan. Ilmu merupakan ilmu yang digumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan seperti perguruan tinggi. Sedangkan berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah diri bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau. Berfilsafat tentang ilmu berarti berterus terang kepada diri sendiri: apakah sebenarnya yang diketahui tentang ilmu? Apakah ciri hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lain yang bukan ilmu. Bagaiman mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang dipakai dalam menentukan kebenaran secara keilmuan? Mengapa mesti mempelajari ilmu? Apakah kegunaan sebenarnya? (Suyudi, Agus. 2003. DASAR-DASAR SAINS. Malang: Universitas Negeri Malang.)

1.2     Rumusan Masalah
a.    Bagaimana pengertian dan ciri-ciri dari Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat?
b.    Bagaimana hubungan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat?

1.3     Tujuan
a.    Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri dari Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat.
b.    Untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat.




BAB II : PEMBAHASAN

2.1     Pengetahuan
1.    Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan.Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (http://pengetahuan.iblogger.org/pengertian-dan-definisi-pengetahuan/)
2.    Ciri-ciri pengetahuan
a.    Ilmu boleh dipertuturkan
Ciri ini membedakan pengetahuan dengan perasaan dan pengalaman.Contohnya, sesetengah “pengalaman diri” seperti mimpi adalah sukar dipertuturkan melalui bahasa. Tetapi bagi ilmu, ia haruslah sesuatu yang dapat dipertuturkan melalui bahasa.
b.   Pengetahuan mempunyai nilai kebenaran
Sesuatu yang digelar sebagai pengetahuan biasanya dianggap benar.Ciri ini membezakan pengucapan ilmu dengan pengucapan sasastera yang biasanya mengandungi unsur-unsur tahayul.


c.    Pengetahuan adalah objektif
Ciri ini bermaksud bahawa pengetahuan adalah sesuatu yang tidak dapat diubah menurut keinginan ataupun kesukaan seseorang individu.
d.   Pengetahuan diperolehi melalui kajian
Pengetahuan adalah hasil daripada kajian.Ia bukanlah sesuatu rekaan. Ilmu mengenai cara memeroleh ilmu itu dikenali sebagai perkaedahan penyelidikan ilmiah.
e.    Pengetahuan Sentiasa berkembang
Pengetahuan adalah sentiasa berada dalam proses pertambahan, pemantapan dan penyempurnaan.

3.    Sumber Pengetahuan
a.    Manusia : Pengetahuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b.   Berpikir : Suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar dapat bersifat konkrit maupun abstrak.
c.    Penalaran : Suatu proses penemuan kebenaran.
Ciri-ciri Penalaran :
·         Pola berpikir yang logis.
·         Analitik: Penalaran Ilmiah.
d.   Merasa / Perasaan : Suatu cara penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
e.    Intuisi : Suatu kegiatan berpikir yang tidak analitik.
f.     Wahyu
Berdasarkan hakikat usahanya, wahyu dibagi menjadi dua, yaitu :
·         Usaha Aktif : indera, pikiran, perasaan, dan intuisi.
·         Usaha Pasif : Wahyu yang diberikan Tuhan melalui malaikat untuk disampaikan kepada nabi-nabinya.
g.    Sumber pengetahuan lain yang memiliki keterbatasan.

4.    Bentuk Hasil Olah Pikir
Hasil usaha aktif manusia dalam mengembangkan pengetahuan dan mencari kebenaran dapat berupa :
a.    Mitos : Gabungan hasil pemikiran melalui intuisi dan indera yang tidak mengikuti pola berpikir. Mitos juga berkaitan dengan kepercayaan.
b.   Filsafat : Hasil pemikiran yang mendalam tentang suatu hal dengan mengandalkan pikiran semata dan normatif.
Karakteristik berpikir filsafat :
·         Bersifat menyeluruh.
·         Bersifat mendasar.
·         Spekulatif.
c.    Ilmu : Hasil pemikiran atau penalaran yang diuji kebenarannya dengan kenyataan.
Tingkat Perkembangan Pengetahuan menurut Auguste Comte dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
·         Religi: Postulat Ilmiah
·         Metafisika: Objek Penelaahan yang terbahas dalam dogma religi.
·         Positif: Pengujian pengetahuan dalam verifikasi yang objektif

2.2     Ilmu Pengetahuan
1.    Pengertian
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi. Ahli dalam keilmuan adalah ilmuwan.



2.    Jenis-jenis Kebenaran
a.    Kebenaran ilmu: kebenaran yang ditinjau atas tinjauan secara deduktif (rasional bersifat umum ke khusus) dan induktif (empiris dari khusus ke umum). Penarikan kesimpulan atau kebenaran ilmu baru yang di anggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan   itu dilakukan menurut cara tertentu.
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan studi memusatkan kepada penalaran ilmiah, akan dilakukan penelaahan secara seksama, hanya ada dua jenis cara penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika induktif. Logika deduktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini memberikan keuntungan, pertama bersifat ekonomis. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi fata, melainkan ensi dari fakta tersebut. Demikian juga dengan pernyataan melalui fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyanggah wujuad fakta tersebut. Keuntungan yang kedua dimungkinkannya proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif yang bersifat umum dapat disimpulkan menjadi pernyataan yang lebih umum lagi. Penalaran semacam ini memungkinkan disusun pengetahuan secara sistematis, yang mengarah kepada pernyataan – pernyataan  yang makin lama, makin bersifat fundamental.
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi (silogisme) adalah cara berpikir, yang bertolak dari pernyataan umum menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Silogisme disusun oleh dua pernyataan dan satu kesimpulan. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
b.    Kebenaran obyektif : kebenaran didasarkan atas kenyataan atau obyek dikembangkan oleh kaum empiris yang beranggapan bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman konkrit yang dapat ditangkap indra manusia. Gejala itu apabila ditelaah lebih jauh mempunyai karakteristik tertentu, seperti terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu.Misalnya langit mendung diikuti dengan turunnya air hujan. Kebenaran korespondensi Bertran Russel, 1872-1970 : kebenaran didasarkan atas adanya koresponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu berkorespondensi bersifat factual yakni Jakata memang ibukota negara Republik Indonesia.
c.    Kebenaran koheren : kebenaran yang didasarkan pernyataan dan kesimpulan yang ditarik adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar. Kebenaran pragmatis : kebenaran didasarkan atas adanya kegunaan bagi kehidupan praktis (Charles S. Peirce, 1839-1914) selanjutkan dikembangkan oleh ahli filsafat yang kebanyakan berkebangsaan Amerika seperti William James, John Dewey, George Herbert Mead dan  C.I. Lewis. Suatu pernyataan itu atau konsekuensi mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

3.    Ciri khas ilmu pengetahuan
Sumbernya objektif artinya adanya kesesuaian atau bukti dengan hasil penginderaan atau empiris. Metode ilmiah merupakan landasan bagaimana ilmu itu diperoleh. Ada dua criteria yakni ilmu mempunyai obyek telaah yang dibatasi pada daerah pengalaman manusia (empiris) dan kedua cara memperoleh ilmu dengan metode ilmiah. Metode ilmiah ini merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris. Secara singkat ilmu diperoleh secara metodik artinya diperoleh dengan menggunakan cara tertentu yang teratur dan terkontrol.

4.    Syarat-syarat Ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
a.    Objektif.  Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.   Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c.    Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d.   Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

5.    Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam diambil dari kata latin “Scientia” yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus ilmu pengetahuan alam atau IPA. Sedangkan Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Dari kedua definisi tersebut sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tntang gejala-gejala alam.Langkah tersebut adalah  merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, dan akhirnya menyimpulkan.

6.    Kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu berkembang dengan pesat pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alamaadalah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup didalamnya.

2.3     Filsafat
1.    Pengertian
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas,mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual).
Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi. Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. (http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/pengertian-filsafat-arti-filsafat.html)

2.    Ciri-ciri Filsafat
a.    Konseptual: aktivitas berfilsafat tidak membatasi diri pada data-data empiris yang konkret. Filsafat membutuhkan daya abstraksi yang tinggi agar tiba pada konsep-konsep universal tentang realitas. (butuh daya imajinasi dan kekuatan abstraksi yang tinggi)
b.    Koheren: konsep-konsep yang diciptakan dalam pemikiran filsafat haruslah runtut, mempunyai pertalian satu dengan yang lain. Konsep-konsep tidak bertabrakan satu thadap yang lain atau saling bertentangan secara tidak masuk akal.
c.    Logis dan Sistematis: logis berarti benar menurut penalaran akal sehat dan tidak mengandung kontradiksi. Sistematis berarti konsep-konsep koheren itu membentuk satu kesatuan integratif.
d.   Komprehensif: semua konsep-konsep yang koheren, logis, dan sistematis berkumpul menjadi satu keseluruhan pengalaman tentang realitas dan manusia.

3.    Filsafat sebagai Bagian dari Pengetahuan
Ditinjau dari hakikat usaha manusia mencari kebenaran, ada dua jenis pengetahuan, yakni:
a.    Hasil usaha pasif: berupa wahyu yang diberikan Tuhan melalui malaikat-malaikat dan nabi-nabinya.
b.    Hasil usaha aktif: baik melalui penalaran maupun melalui perasaan dan intuisi.
Pengetahuan dibagi menjadi dua, yaitu:
·      Pengetahuan Ilmiah
·      Pengetahuan Filsafat

4. Asal-usul Filsafat
Seseorang berfilsafat mempunyai motivasi untuk mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Kekaguman seseorang terhadap kesemestaan ini membuat dirinya merasa kecil dan lemah.



5. Perbandingan Ilmu Pengetahuan Alam dan Filsafat
Objek
Ilmu Pengetahuan
Filsafat
Asal
Hasil olah pikir manusia
Hasil olah pikir manusia
Tujuan
Mencari kebenaran
Mencari kebenaran
Kriteria Kebenaran
Didasarkan atas kesesuaian dengan kenyataan yang konkret
Didasarkan atas logika deduktif
Bidang Sasaran
Terbatas pada hal-hal yang nyata (fisik)
Tidak terbatas pada hal-hal yang nyata (fisik), tetapi menembus metafisik
Objek Pertanyaan
Apa…,
Bagaimana…,
Mengapa…,
Dimana….
Apa sebenarnya…,
Dari mana asalnya…,
Kemana Akhirnya….

6. Cabang-cabang Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji di filsafat pada pokoknya mencakup tiga segi yaitu Cosmologia, Antropologia, dan Teologia.
a.    Cosmologia (filsafat alam): bidang sasarannya adalah alam semesta dengan segala isinya.
b.    Antropologia (filsafat manusia): bidang sasarannya adalah manusia dengan perilaku, cara berpikir, seni dan budaya. Antopologi meliputi:
·      Etika: bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang tingkah laku manusia, mempermasalahkan tentang baik dan buruk tingkah laku manusia.
·      Estetika: bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang budaya manusia mempermasalahkan keindahan.
·      Logika: bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang cara berpikir manusia mempermasalahkan benar dan salah.
c.    Teologia (filsafat agama): bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang keesaan Allah.

BAB III : PENUTUP
6.1     Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

6.2     Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. lmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

6.3     Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Persamaan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat:
·       Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke akarnya
·       Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
·       Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
·       Keduanya mempunyai metode dan sistem
·       Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar. (http://faesabila.blogspot.com/2010/11/persamaan-dan-perbedaan-ilmu-filsafat.html)

Perbedaan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat:
Ilmu
Filsafat
Ilmu Pengetahuan
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
Obyek penelitian yang terbatas
Keseluruhan yang ada
Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.
Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb.
Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental
Bertugas memberikan jawaban
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris

0 komentar:

Kamis, 12 Desember 2013

PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT



BAB I : PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu akan sesuatu inilah yang membentuk pengetahuan. Ilmu merupakan ilmu yang digumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan seperti perguruan tinggi. Sedangkan berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah diri bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau. Berfilsafat tentang ilmu berarti berterus terang kepada diri sendiri: apakah sebenarnya yang diketahui tentang ilmu? Apakah ciri hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lain yang bukan ilmu. Bagaiman mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang dipakai dalam menentukan kebenaran secara keilmuan? Mengapa mesti mempelajari ilmu? Apakah kegunaan sebenarnya? (Suyudi, Agus. 2003. DASAR-DASAR SAINS. Malang: Universitas Negeri Malang.)

1.2     Rumusan Masalah
a.    Bagaimana pengertian dan ciri-ciri dari Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat?
b.    Bagaimana hubungan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat?

1.3     Tujuan
a.    Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri dari Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat.
b.    Untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat.




BAB II : PEMBAHASAN

2.1     Pengetahuan
1.    Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan.Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (http://pengetahuan.iblogger.org/pengertian-dan-definisi-pengetahuan/)
2.    Ciri-ciri pengetahuan
a.    Ilmu boleh dipertuturkan
Ciri ini membedakan pengetahuan dengan perasaan dan pengalaman.Contohnya, sesetengah “pengalaman diri” seperti mimpi adalah sukar dipertuturkan melalui bahasa. Tetapi bagi ilmu, ia haruslah sesuatu yang dapat dipertuturkan melalui bahasa.
b.   Pengetahuan mempunyai nilai kebenaran
Sesuatu yang digelar sebagai pengetahuan biasanya dianggap benar.Ciri ini membezakan pengucapan ilmu dengan pengucapan sasastera yang biasanya mengandungi unsur-unsur tahayul.


c.    Pengetahuan adalah objektif
Ciri ini bermaksud bahawa pengetahuan adalah sesuatu yang tidak dapat diubah menurut keinginan ataupun kesukaan seseorang individu.
d.   Pengetahuan diperolehi melalui kajian
Pengetahuan adalah hasil daripada kajian.Ia bukanlah sesuatu rekaan. Ilmu mengenai cara memeroleh ilmu itu dikenali sebagai perkaedahan penyelidikan ilmiah.
e.    Pengetahuan Sentiasa berkembang
Pengetahuan adalah sentiasa berada dalam proses pertambahan, pemantapan dan penyempurnaan.

3.    Sumber Pengetahuan
a.    Manusia : Pengetahuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b.   Berpikir : Suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar dapat bersifat konkrit maupun abstrak.
c.    Penalaran : Suatu proses penemuan kebenaran.
Ciri-ciri Penalaran :
·         Pola berpikir yang logis.
·         Analitik: Penalaran Ilmiah.
d.   Merasa / Perasaan : Suatu cara penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
e.    Intuisi : Suatu kegiatan berpikir yang tidak analitik.
f.     Wahyu
Berdasarkan hakikat usahanya, wahyu dibagi menjadi dua, yaitu :
·         Usaha Aktif : indera, pikiran, perasaan, dan intuisi.
·         Usaha Pasif : Wahyu yang diberikan Tuhan melalui malaikat untuk disampaikan kepada nabi-nabinya.
g.    Sumber pengetahuan lain yang memiliki keterbatasan.

4.    Bentuk Hasil Olah Pikir
Hasil usaha aktif manusia dalam mengembangkan pengetahuan dan mencari kebenaran dapat berupa :
a.    Mitos : Gabungan hasil pemikiran melalui intuisi dan indera yang tidak mengikuti pola berpikir. Mitos juga berkaitan dengan kepercayaan.
b.   Filsafat : Hasil pemikiran yang mendalam tentang suatu hal dengan mengandalkan pikiran semata dan normatif.
Karakteristik berpikir filsafat :
·         Bersifat menyeluruh.
·         Bersifat mendasar.
·         Spekulatif.
c.    Ilmu : Hasil pemikiran atau penalaran yang diuji kebenarannya dengan kenyataan.
Tingkat Perkembangan Pengetahuan menurut Auguste Comte dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
·         Religi: Postulat Ilmiah
·         Metafisika: Objek Penelaahan yang terbahas dalam dogma religi.
·         Positif: Pengujian pengetahuan dalam verifikasi yang objektif

2.2     Ilmu Pengetahuan
1.    Pengertian
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi. Ahli dalam keilmuan adalah ilmuwan.



2.    Jenis-jenis Kebenaran
a.    Kebenaran ilmu: kebenaran yang ditinjau atas tinjauan secara deduktif (rasional bersifat umum ke khusus) dan induktif (empiris dari khusus ke umum). Penarikan kesimpulan atau kebenaran ilmu baru yang di anggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan   itu dilakukan menurut cara tertentu.
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan studi memusatkan kepada penalaran ilmiah, akan dilakukan penelaahan secara seksama, hanya ada dua jenis cara penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika induktif. Logika deduktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini memberikan keuntungan, pertama bersifat ekonomis. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi fata, melainkan ensi dari fakta tersebut. Demikian juga dengan pernyataan melalui fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyanggah wujuad fakta tersebut. Keuntungan yang kedua dimungkinkannya proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif yang bersifat umum dapat disimpulkan menjadi pernyataan yang lebih umum lagi. Penalaran semacam ini memungkinkan disusun pengetahuan secara sistematis, yang mengarah kepada pernyataan – pernyataan  yang makin lama, makin bersifat fundamental.
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi (silogisme) adalah cara berpikir, yang bertolak dari pernyataan umum menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Silogisme disusun oleh dua pernyataan dan satu kesimpulan. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
b.    Kebenaran obyektif : kebenaran didasarkan atas kenyataan atau obyek dikembangkan oleh kaum empiris yang beranggapan bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman konkrit yang dapat ditangkap indra manusia. Gejala itu apabila ditelaah lebih jauh mempunyai karakteristik tertentu, seperti terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu.Misalnya langit mendung diikuti dengan turunnya air hujan. Kebenaran korespondensi Bertran Russel, 1872-1970 : kebenaran didasarkan atas adanya koresponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu berkorespondensi bersifat factual yakni Jakata memang ibukota negara Republik Indonesia.
c.    Kebenaran koheren : kebenaran yang didasarkan pernyataan dan kesimpulan yang ditarik adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar. Kebenaran pragmatis : kebenaran didasarkan atas adanya kegunaan bagi kehidupan praktis (Charles S. Peirce, 1839-1914) selanjutkan dikembangkan oleh ahli filsafat yang kebanyakan berkebangsaan Amerika seperti William James, John Dewey, George Herbert Mead dan  C.I. Lewis. Suatu pernyataan itu atau konsekuensi mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

3.    Ciri khas ilmu pengetahuan
Sumbernya objektif artinya adanya kesesuaian atau bukti dengan hasil penginderaan atau empiris. Metode ilmiah merupakan landasan bagaimana ilmu itu diperoleh. Ada dua criteria yakni ilmu mempunyai obyek telaah yang dibatasi pada daerah pengalaman manusia (empiris) dan kedua cara memperoleh ilmu dengan metode ilmiah. Metode ilmiah ini merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris. Secara singkat ilmu diperoleh secara metodik artinya diperoleh dengan menggunakan cara tertentu yang teratur dan terkontrol.

4.    Syarat-syarat Ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
a.    Objektif.  Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.   Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c.    Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d.   Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

5.    Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam diambil dari kata latin “Scientia” yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus ilmu pengetahuan alam atau IPA. Sedangkan Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Dari kedua definisi tersebut sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tntang gejala-gejala alam.Langkah tersebut adalah  merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, dan akhirnya menyimpulkan.

6.    Kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu berkembang dengan pesat pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alamaadalah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup didalamnya.

2.3     Filsafat
1.    Pengertian
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas,mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual).
Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi. Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. (http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/pengertian-filsafat-arti-filsafat.html)

2.    Ciri-ciri Filsafat
a.    Konseptual: aktivitas berfilsafat tidak membatasi diri pada data-data empiris yang konkret. Filsafat membutuhkan daya abstraksi yang tinggi agar tiba pada konsep-konsep universal tentang realitas. (butuh daya imajinasi dan kekuatan abstraksi yang tinggi)
b.    Koheren: konsep-konsep yang diciptakan dalam pemikiran filsafat haruslah runtut, mempunyai pertalian satu dengan yang lain. Konsep-konsep tidak bertabrakan satu thadap yang lain atau saling bertentangan secara tidak masuk akal.
c.    Logis dan Sistematis: logis berarti benar menurut penalaran akal sehat dan tidak mengandung kontradiksi. Sistematis berarti konsep-konsep koheren itu membentuk satu kesatuan integratif.
d.   Komprehensif: semua konsep-konsep yang koheren, logis, dan sistematis berkumpul menjadi satu keseluruhan pengalaman tentang realitas dan manusia.

3.    Filsafat sebagai Bagian dari Pengetahuan
Ditinjau dari hakikat usaha manusia mencari kebenaran, ada dua jenis pengetahuan, yakni:
a.    Hasil usaha pasif: berupa wahyu yang diberikan Tuhan melalui malaikat-malaikat dan nabi-nabinya.
b.    Hasil usaha aktif: baik melalui penalaran maupun melalui perasaan dan intuisi.
Pengetahuan dibagi menjadi dua, yaitu:
·      Pengetahuan Ilmiah
·      Pengetahuan Filsafat

4. Asal-usul Filsafat
Seseorang berfilsafat mempunyai motivasi untuk mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Kekaguman seseorang terhadap kesemestaan ini membuat dirinya merasa kecil dan lemah.



5. Perbandingan Ilmu Pengetahuan Alam dan Filsafat
Objek
Ilmu Pengetahuan
Filsafat
Asal
Hasil olah pikir manusia
Hasil olah pikir manusia
Tujuan
Mencari kebenaran
Mencari kebenaran
Kriteria Kebenaran
Didasarkan atas kesesuaian dengan kenyataan yang konkret
Didasarkan atas logika deduktif
Bidang Sasaran
Terbatas pada hal-hal yang nyata (fisik)
Tidak terbatas pada hal-hal yang nyata (fisik), tetapi menembus metafisik
Objek Pertanyaan
Apa…,
Bagaimana…,
Mengapa…,
Dimana….
Apa sebenarnya…,
Dari mana asalnya…,
Kemana Akhirnya….

6. Cabang-cabang Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji di filsafat pada pokoknya mencakup tiga segi yaitu Cosmologia, Antropologia, dan Teologia.
a.    Cosmologia (filsafat alam): bidang sasarannya adalah alam semesta dengan segala isinya.
b.    Antropologia (filsafat manusia): bidang sasarannya adalah manusia dengan perilaku, cara berpikir, seni dan budaya. Antopologi meliputi:
·      Etika: bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang tingkah laku manusia, mempermasalahkan tentang baik dan buruk tingkah laku manusia.
·      Estetika: bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang budaya manusia mempermasalahkan keindahan.
·      Logika: bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang cara berpikir manusia mempermasalahkan benar dan salah.
c.    Teologia (filsafat agama): bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang keesaan Allah.

BAB III : PENUTUP
6.1     Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

6.2     Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. lmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

6.3     Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Persamaan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat:
·       Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke akarnya
·       Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
·       Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
·       Keduanya mempunyai metode dan sistem
·       Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar. (http://faesabila.blogspot.com/2010/11/persamaan-dan-perbedaan-ilmu-filsafat.html)

Perbedaan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat:
Ilmu
Filsafat
Ilmu Pengetahuan
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
Obyek penelitian yang terbatas
Keseluruhan yang ada
Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu.
Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan , religi, kesusilaan, keadilan dsb.
Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental
Bertugas memberikan jawaban
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar