BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu akan sesuatu inilah yang membentuk pengetahuan. Ilmu merupakan ilmu yang
digumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan seperti
perguruan tinggi. Sedangkan berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah diketahui dan yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah diri
bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak
terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus terang,
seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau. Berfilsafat
tentang ilmu berarti berterus terang kepada diri sendiri: apakah sebenarnya
yang diketahui tentang ilmu? Apakah ciri hakiki yang membedakan ilmu dari
pengetahuan-pengetahuan lain yang bukan ilmu. Bagaiman mengetahui bahwa ilmu
merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang dipakai dalam menentukan
kebenaran secara keilmuan? Mengapa mesti mempelajari ilmu? Apakah kegunaan
sebenarnya? (Suyudi, Agus. 2003. DASAR-DASAR SAINS. Malang: Universitas Negeri
Malang.)
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana pengertian dan ciri-ciri dari
Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat?
b.
Bagaimana hubungan antara Pengetahuan,
Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat?
1.3 Tujuan
a.
Untuk mengetahui pengertian dan
ciri-ciri dari Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat.
b.
Untuk mengetahui hubungan antara
Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat.
BAB II : PEMBAHASAN
2.1
Pengetahuan
1.
Pengertian
Pengetahuan
merupakan hasil dari proses mencari tahu. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun melalui pengalaman.
Pengetahuan
adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk
menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang.Pada umumnya, pengetahuan
memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas
suatu pola.Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk
menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan
untuk mengarahkan tindakan.Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
Pengetahuan
merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (http://pengetahuan.iblogger.org/pengertian-dan-definisi-pengetahuan/)
2.
Ciri-ciri
pengetahuan
a.
Ilmu
boleh dipertuturkan
Ciri ini membedakan pengetahuan
dengan perasaan dan pengalaman.Contohnya, sesetengah “pengalaman diri” seperti
mimpi adalah sukar dipertuturkan melalui bahasa. Tetapi bagi ilmu, ia haruslah
sesuatu yang dapat dipertuturkan melalui bahasa.
b.
Pengetahuan
mempunyai nilai kebenaran
Sesuatu yang digelar sebagai
pengetahuan biasanya dianggap benar.Ciri ini membezakan pengucapan ilmu dengan
pengucapan sasastera yang biasanya mengandungi unsur-unsur tahayul.
c.
Pengetahuan
adalah objektif
Ciri ini bermaksud bahawa
pengetahuan adalah sesuatu yang tidak dapat diubah menurut keinginan ataupun
kesukaan seseorang individu.
d.
Pengetahuan
diperolehi melalui kajian
Pengetahuan adalah hasil daripada
kajian.Ia bukanlah sesuatu rekaan. Ilmu mengenai cara memeroleh ilmu itu
dikenali sebagai perkaedahan penyelidikan ilmiah.
e.
Pengetahuan
Sentiasa berkembang
Pengetahuan adalah sentiasa berada
dalam proses pertambahan, pemantapan dan penyempurnaan.
3.
Sumber
Pengetahuan
a.
Manusia
: Pengetahuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b.
Berpikir
: Suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar dapat bersifat konkrit
maupun abstrak.
c.
Penalaran
: Suatu proses penemuan kebenaran.
Ciri-ciri Penalaran :
·
Pola berpikir yang logis.
·
Analitik: Penalaran Ilmiah.
d.
Merasa / Perasaan : Suatu cara penarikan kesimpulan
yang tidak berdasarkan penalaran.
e.
Intuisi
: Suatu kegiatan berpikir yang tidak analitik.
f.
Wahyu
Berdasarkan hakikat usahanya, wahyu
dibagi menjadi dua, yaitu :
·
Usaha Aktif : indera, pikiran, perasaan, dan
intuisi.
·
Usaha Pasif : Wahyu yang diberikan Tuhan
melalui malaikat untuk disampaikan kepada nabi-nabinya.
g.
Sumber
pengetahuan lain yang memiliki keterbatasan.
4.
Bentuk
Hasil Olah Pikir
Hasil
usaha aktif manusia dalam mengembangkan pengetahuan dan mencari kebenaran dapat
berupa :
a.
Mitos
: Gabungan
hasil pemikiran melalui intuisi dan indera yang tidak mengikuti pola berpikir.
Mitos juga berkaitan dengan kepercayaan.
b.
Filsafat
: Hasil pemikiran yang mendalam tentang suatu hal dengan mengandalkan pikiran
semata dan normatif.
Karakteristik
berpikir filsafat :
·
Bersifat menyeluruh.
·
Bersifat mendasar.
·
Spekulatif.
c.
Ilmu
: Hasil pemikiran atau penalaran yang diuji kebenarannya dengan kenyataan.
Tingkat Perkembangan
Pengetahuan menurut
Auguste Comte dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
·
Religi: Postulat Ilmiah
·
Metafisika: Objek Penelaahan yang terbahas dalam dogma religi.
·
Positif: Pengujian
pengetahuan dalam verifikasi yang objektif
2.2
Ilmu
Pengetahuan
1.
Pengertian
Ilmu
pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut
filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari istemologepi. Ahli dalam keilmuan adalah ilmuwan.
2.
Jenis-jenis
Kebenaran
a. Kebenaran ilmu:
kebenaran yang ditinjau atas tinjauan secara deduktif (rasional bersifat umum
ke khusus) dan induktif (empiris dari khusus ke umum). Penarikan kesimpulan
atau kebenaran ilmu baru yang di anggap sahih (valid) kalau proses penarikan
kesimpulan itu dilakukan menurut cara tertentu.
Terdapat
bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan
studi memusatkan kepada penalaran ilmiah, akan dilakukan penelaahan secara
seksama, hanya ada dua jenis cara penarikan kesimpulan yakni logika induktif
dan logika induktif. Logika deduktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini memberikan keuntungan, pertama bersifat
ekonomis. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi fata,
melainkan ensi dari fakta tersebut. Demikian juga dengan pernyataan melalui
fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari
obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang menyanggah
wujuad fakta tersebut. Keuntungan yang kedua dimungkinkannya proses penalaran
selanjutnya, baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif yang
bersifat umum dapat disimpulkan menjadi pernyataan yang lebih umum lagi.
Penalaran semacam ini memungkinkan disusun pengetahuan secara sistematis, yang
mengarah kepada pernyataan – pernyataan
yang makin lama, makin bersifat fundamental.
Penalaran
deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.
Deduksi (silogisme) adalah cara berpikir, yang bertolak dari pernyataan umum
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Silogisme disusun oleh dua pernyataan
dan satu kesimpulan. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari
penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
b.
Kebenaran
obyektif : kebenaran didasarkan atas kenyataan atau obyek
dikembangkan oleh kaum empiris yang beranggapan bahwa pengetahuan manusia dapat
diperoleh lewat pengalaman konkrit yang dapat ditangkap indra manusia. Gejala
itu apabila ditelaah lebih jauh mempunyai karakteristik tertentu, seperti
terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu.Misalnya langit
mendung diikuti dengan turunnya air hujan. Kebenaran korespondensi Bertran
Russel, 1872-1970 : kebenaran didasarkan atas adanya koresponden (berhubungan)
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maka pernyataan itu adalah
benar sebab pernyataan itu berkorespondensi bersifat factual yakni Jakata
memang ibukota negara Republik Indonesia.
c. Kebenaran koheren
: kebenaran yang didasarkan pernyataan dan kesimpulan yang ditarik adalah
konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar.
Kebenaran pragmatis : kebenaran didasarkan atas adanya kegunaan bagi kehidupan
praktis (Charles S. Peirce, 1839-1914) selanjutkan dikembangkan oleh ahli
filsafat yang kebanyakan berkebangsaan Amerika seperti William James, John
Dewey, George Herbert Mead dan C.I.
Lewis. Suatu pernyataan itu atau konsekuensi mempunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia.
3.
Ciri
khas ilmu pengetahuan
Sumbernya
objektif artinya adanya kesesuaian atau bukti dengan hasil penginderaan atau
empiris. Metode ilmiah merupakan landasan bagaimana ilmu itu diperoleh. Ada dua
criteria yakni ilmu mempunyai obyek telaah yang dibatasi pada daerah pengalaman
manusia (empiris) dan kedua cara memperoleh ilmu dengan metode ilmiah. Metode
ilmiah ini merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data
empiris. Secara singkat ilmu diperoleh secara metodik artinya diperoleh dengan
menggunakan cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
4.
Syarat-syarat Ilmu
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh
paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
a.
Objektif. Ilmu
harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan
subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya,
harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti
metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c.
Sistematis. Dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
d.
Universal. Kebenaran
yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
5.
Ilmu
Pengetahuan Alam
Ilmu
pengetahuan alam diambil dari kata latin “Scientia” yang arti harfiahnya adalah
pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus ilmu pengetahuan alam
atau IPA. Sedangkan Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan itu. Dari kedua definisi tersebut sains merupakan produk dan proses
yang tidak dapat dipisahkan.
Sains
sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tntang gejala-gejala alam.Langkah
tersebut adalah merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis,
dan akhirnya menyimpulkan.
6. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu
berkembang dengan pesat pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama
yaitu filsafat alam dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam
ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam
dan ilmu hayat. Ilmu alamaadalah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam
semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup didalamnya.
2.3
Filsafat
1.
Pengertian
Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat
mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai
pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas,mendiskusikan dan menguji
kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual).
Selanjutnya batasan filsafat dapat
ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi. Secara
etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga
dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia :
kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam
arti hakikat. (http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/pengertian-filsafat-arti-filsafat.html)
2.
Ciri-ciri
Filsafat
a. Konseptual: aktivitas
berfilsafat tidak membatasi diri pada data-data empiris yang konkret. Filsafat
membutuhkan daya abstraksi yang tinggi agar tiba pada konsep-konsep universal
tentang realitas. (butuh daya imajinasi dan kekuatan abstraksi yang tinggi)
b. Koheren: konsep-konsep
yang diciptakan dalam pemikiran filsafat haruslah runtut, mempunyai pertalian
satu dengan yang lain. Konsep-konsep tidak bertabrakan satu thadap yang lain
atau saling bertentangan secara tidak masuk akal.
c.
Logis
dan Sistematis: logis berarti benar menurut penalaran
akal sehat dan tidak mengandung kontradiksi. Sistematis berarti konsep-konsep
koheren itu membentuk satu kesatuan integratif.
d. Komprehensif: semua
konsep-konsep yang koheren, logis, dan sistematis berkumpul menjadi satu
keseluruhan pengalaman tentang realitas dan manusia.
3.
Filsafat
sebagai Bagian dari Pengetahuan
Ditinjau
dari hakikat usaha manusia mencari kebenaran, ada dua jenis pengetahuan, yakni:
a. Hasil usaha pasif:
berupa wahyu yang diberikan Tuhan melalui malaikat-malaikat dan nabi-nabinya.
b. Hasil usaha aktif:
baik melalui penalaran maupun melalui perasaan dan intuisi.
Pengetahuan dibagi menjadi dua,
yaitu:
· Pengetahuan
Ilmiah
· Pengetahuan
Filsafat
4.
Asal-usul Filsafat
Seseorang
berfilsafat mempunyai motivasi untuk mengetahui hakikat dirinya dalam
kesemestaan galaksi. Kekaguman seseorang terhadap kesemestaan ini membuat
dirinya merasa kecil dan lemah.
5.
Perbandingan Ilmu Pengetahuan Alam dan Filsafat
Objek
|
Ilmu
Pengetahuan
|
Filsafat
|
Asal
|
Hasil olah pikir
manusia
|
Hasil olah pikir
manusia
|
Tujuan
|
Mencari kebenaran
|
Mencari kebenaran
|
Kriteria
Kebenaran
|
Didasarkan atas
kesesuaian dengan kenyataan yang konkret
|
Didasarkan atas
logika deduktif
|
Bidang
Sasaran
|
Terbatas pada hal-hal yang nyata
(fisik)
|
Tidak terbatas pada hal-hal yang nyata
(fisik), tetapi menembus metafisik
|
Objek
Pertanyaan
|
Apa…,
Bagaimana…,
Mengapa…,
Dimana….
|
Apa sebenarnya…,
Dari mana asalnya…,
Kemana Akhirnya….
|
6.
Cabang-cabang Filsafat
Pokok permasalahan yang
dikaji di filsafat pada pokoknya mencakup tiga segi yaitu Cosmologia,
Antropologia, dan Teologia.
a. Cosmologia (filsafat alam): bidang
sasarannya adalah alam semesta dengan segala isinya.
b. Antropologia (filsafat manusia):
bidang sasarannya adalah manusia dengan perilaku, cara berpikir, seni dan
budaya. Antopologi meliputi:
· Etika:
bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang tingkah laku manusia,
mempermasalahkan tentang baik dan buruk tingkah laku manusia.
· Estetika:
bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang budaya manusia mempermasalahkan
keindahan.
· Logika:
bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang cara berpikir manusia
mempermasalahkan benar dan salah.
c. Teologia (filsafat agama):
bidang sasarannya adalah hal ihwal tentang keesaan Allah.
BAB III : PENUTUP
6.1
Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil
dari rasa ingin tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
6.2 Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. lmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu.
6.3
Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan
sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala
sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh
dengan segala hubungan.
Persamaan
antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Filsafat:
·
Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya
sampai ke akarnya
·
Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
·
Keduanya
hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan
·
Keduanya
mempunyai metode dan sistem
·
Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar. (http://faesabila.blogspot.com/2010/11/persamaan-dan-perbedaan-ilmu-filsafat.html)
Perbedaan antara Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan
Filsafat:
Ilmu
|
Filsafat
|
Ilmu Pengetahuan
|
Segi-segi yang dipelajari
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti
|
Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari
prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung
memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan
|
Ilmu pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup
manusia.
|
Obyek penelitian yang terbatas
|
Keseluruhan yang ada
|
Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.
|
Tidak menilai obyek dari suatu
sistem nilai tertentu.
|
Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan ,
religi, kesusilaan, keadilan dsb.
|
Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental
|
Bertugas memberikan jawaban
|
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
|
Ilmu pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui
kesimpulan logis dari pengamatan empiris
|
0 komentar:
Posting Komentar