17.48

Metode Ilmiah ( Metode abduksi, metode deduksi, metode induksi dan metode statistika )



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Ilmu pengetahuan tidak akan diam begitu saja karena secara spontan rasa ingin tahu manusia akan bergerak mencari yang belum diketahui. Hal tersebut terjadi karena objek alam adalah misteri besaryang sedikit demi sedikit disibakkan manusia dengan kegiatannya meneliti melalui pengamatan dan analisis. Selain itu, dengan kreativitasnya setiap ilmu mempunyai bahasan dan tujuan-tujuan tersendiri, melakukan pengetahuan sendiri  dan “dihidupi” oleh pemirsanya untuk memperoleh kebenaran-kebenaran lebih lanjut akan apa yang diamato dan menjadi objeknya.
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari ilmu ilmiah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini tidak harus selalu berurutan. Langkah demi langkah seperti contoh yang tercantum berikut ini, yang penting ialah pemecahan masalah untuk mendapatkan kesimpulan umum (generalisasi) yang didasarkan atas data dan uji dengan data bukan oleh keinginan, prasangka, kepercayaan atau pertimbangan lain.
Seorang ilmuwan memulai penelitian dengan membuat pertanyaan atau keraguan. Setiap pertanyaan atau keraguan membutuhkan penjelasan yang dipercaya atau diandalkan. Tidak pernah ada pertanyaan retoris dalam ilmu pengetahuan. Pertanyaan selalu merupakan pertanyaan yang real yang menggugah ilmuwan untuk mencari solusi atau penjelasan. Solusi ilmiah mengajak ilmuwan untuk mencoba menemukan the imagined action. Maka dari itu, dalam solusi ilmiah diperlukan metode ilmiah yang akan dibahas dalam makalah ini.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.  Apa pengertian metode ilmiah dan bagaimana metode ilmiah tersebut ?
2. Bagaimana dengan metode abduksi ?
3.  Bagaimana dengan metode deduksi dalam sains ?
4.  Bagaimana dengan metode induksi dalam sains ?
5. Bagaimana dengan metode statistika dalam sains ?
6. Bagaimana dengan aliran-aliran ilmiah ?

1.3  TUJUAN
·       Dapat memahami metode ilmiah.
·     Dapat memilih serta merancang metode yang tepat dalam menjawab pertanyaan tentang alam atau permasalahan yang dihadapi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Ilmiah
           
Kata “metode’’ berasal dari kata Yunani, meta yang berarti “sesudah’’ dan hodos yang berarti “jalan’’.  Metode adalah langkah-langkah berurutan yang diambil untuk mencapai pengetahuan yang benar. Langkah-langkah tersebut dapat berupa tatacara, tehnik, teori beserta urutannya, atau jalan yang telah dirancang sebelumnya, maupun langkah-langkah baru yang ditemukan dijalan. Pada kenyataannya penyimpangan dari langkah-langkah yang telah ditentuka sangat mungkin terjadi karena ditemukannya fakta-fakta baru yang mungkin lebih menarik dan bahkan bisa mngubah hipotesis sebelumnya.
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.Metode utama dalam sains biasanya diwarnai pendekatan empiris. Hal ini disebabkan oleh sejarah sains yang sangat berkembang karena adanya eksperimen-eksperimen yang dilakukandi laboratorium untuk meniru ituasi dan kondisi alam. Dimulai dengan aliran empiris John Locke dan David Hume, sains merupakan hasil “permainan’’  berbagai variabel dan parameter buatan manusia.
Sains juga berkembang karena adanya kepentingan pragmatis dari pengguna sains dan para pelaku teknologi. Untuk itu terciptalah berbagai metode ilmiah baru yang berbeda dari metode sebelumnya yang telah dibahas oleh Francis Bacon. Aliran positivisme menggunakan sains dan hasil-hasil sains empiris untuk aplikasi ke semua bidang. Kaum positivisme zaman itu dipelopori Auguste Comte dan John Stuart Mill yang sangat membantu dengan rumusan-rumusan logikanya, membuat metode ilmiah meluas penggunaannya untuk ilmu-ilmu lainnya termasuk ilmu sosial dan budaya, antropologi, sejarah, ekonomi dan sebagainya.
Dalam proses pencarian yang dilakukan manusia, ada dua momen yang melahirkan metode ilmiah. Momen yang pertama adalah momen kesadaran akan adanya masalah. Momen yang kedua adalah proses berpikir baru untuk mengusahakan pemecahan masalah. Dan proses yang terjadi di antara kesadaran akan masalah dan pemecahan masalah ini merupakan penelitian dimana di dalamnya digunakan metode. Jika diteliti lebih lanjut, momen-momen kesadaran ini sangatlah rumit dinamikanya, dan banyak menarik perhatian para pemikir di abad pertengahan.
Rene Descartes yang juga dijuluki Bapak Filsafat Modern pernah merenungkan perihal pengetahuan dan kesadaran, dan hasil pemikiran Descartes sanagat berpengaruh pada lahirnya metode-metode dalam ilmu pengetahuan. “Kesadaran’’ dari subjek yang berpikir mendapat tempat istimewa dalam penggalian pengetahuan menurut Descartes.
Dalam salah satu buku utamanya yaitu “Wacana Metode’’ (Discours de la Methode, 1637) Descartes mengatakan bahwa beberapa kaidah pokok perihal metode adalah sebagai berikut :
a.       Jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali jika mengetahui secara jelas bahwa hal itu memang benar, artinya hindari secara berhati-hati penyimpulan terlalu cepat prasangka; dan jangan memasukkan apapun ke dalam pandangan Anda kecuali apa yang ditampilkan sangat jelas dan gamblang di dalam nalar, sehingga tidak akan ada kesempatan untuk meragukannya.
b.      Memilah-milah satu per satu kesulitan yang akan ditelaah menjadi bagian-bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang diperlukan, untuk lebih memudahkan menyelesaikannya.
c.       Memikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek yang paling sederhana dan paling mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah yang paling rumit, dan bahkan dengan menata urutan objek-objek yang secara alami tidak beraturan.
d.      Membuat perincian selengkap mungkin dan memeriksa secara menyeluruh sampai yakin bahwa tidak ada yang terlupakan.
Objek kajian juga dapat menentukan metode. Ada keterkaitan tersendiri antara objek
formal dengan metode dan juga hukum yang berlaku. Dalam ilmu alam, data pengamatan awal adalah hasil persepsrena objek indrawi manusia, dan diolah dan dicari tahu sebab-sebabnya serta komponen-komponennya. Untuk penyelidikannya, diperlukan berpikir abstrak, mengidentifikasi, memilah, menggolongkan, menjelaskan, dan lain-lain dengan atau tanpa alat bantu.
Dalam menelaah memerlukan metodologi yang tepat karena objek antara sama lain mempunyai proses dan karakteristik yang berbeda.
          Komponen umum siklus empirik mencakup tahapan-tahapan :
Tahap I : Observasi
Ilmuwan bekerja lebih dari sekedar mengamati, melainkan termasuk mengumpulkan data, mendaftar, mengidentifikasi, memilah-milah, menggolongkan, mengklasifikasi secara ilmiah, serta mengadakan evalusi awal
Tahap II : Induksi awal
Induksi awal selalu dibantu oleh logika dan kadang-kadang oleh matematika.
Tahap III : Deduksi Logis
Deduksi logis untuk mengolah lebih lanjut data empiris awal tadi yang akan dirumuskan hipotesis.
Tahap IV : Verifikasi
Verifikasi adalah tahap pengukuhan dugaan sementara tadi dengan memperlakukan eksperimen empiris terhadap objek
Tahap V: Klasifikasi Empirik
Hasil yang didapat akan diamati dan dianalisis, yang  merupakan tahap klarifikasi ilmiah, dimana hasil analisis akan menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis sebelumnya

2.3 Metode Abduksi
Pemikiran peirce tentang Abduksi
            Menurut C. S. Pierce metode abduksi adalah semua proses yang terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan. Mula-mula ia memandang abduksi sebagai suatu bentuk penyimpulan yang terdiri dari tiga proposisi, yaitu, proposisi tentang suatu hukum (rule), proposisi tentang suatu kasus (case), dan terakhir proposisi tentang kesimpulan (result), yang dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang terdiri dari premis mayor, minor, dan kesimpulan :
Jika A, maka B
Dan A :
Maka B
      Secara formal, abduksi sebenarnya merupakan suatu bentuk silogisme yang bertolak dari fakta atau kasus.
              
      Ciri-ciri abduksi yaitu :
1.      Menawarkan suatu hepatitis yang memberikan eksplanasi yang probable : hipotesis merupakan suatu kemungkinan penjelasan.
2.      Memberikan eksplanasi terhadap fakta-fakta lain yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung.
         Daya tarik metode abduksi yaitu untuk menjelaskan fakta yang tampak maupun fakta yang tidak kelihatan di masa depan namun bisa dinalar sejak sekarang. Seperti hipotesisKopernikus saat mengajukan konsep heliosentris.
  Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis, sebagi berikut :
1.      Suatu hipotesis yang baik adalah hipotesis yang terbuka dan mendalam, dapat menjelaskan fenomena lain secara bersamaan (tentu masih dalam lingkup ilmu yang bersangkutan).
2.       Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang bisa diuji, dan sekaligus juga yang sangat membantu bagi perkembangan ilmu itu sendiri.
2.3 Metode Deduksi Dalam Sains
Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikani kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan sebagai penyusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.[1][3]
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan metode deduktif adalah sebagai berikut :
Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup  (premis mayor)
Anton adalah seorang makhluk hidup                                                  (premis minor)
Jadi, Anton perlu makan untuk mempertahankan hidupnya.                           (kesimpulan)
(Disadur dari : Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal 48-49)
2.3  Pengertian Induksi Dalam Sains
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menemukan hukum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 444 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan eksperimen dilakukan untuk mengenai gejala-gejala dengan tepat dan saksama, sedang hipotesis dan induksi membuat rumusan dari hukum-hukumnya. 
Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang  bersifat umum.
Contoh dari induksi :
1.      Kuda sumba punya jantung
2.      Kuda Australia punya sebuah jantung
3.      Kuda amerika punya sebuah jantung
4.      ….
Jadi, setiap kuda punya sebuah jantung
Untuk mengatasi perdebatan masalah objetivisme, Bacon memberikan beberapa rambu-rambu untuk metode induksi dalam pengamatan objek terutama objek dialam, diantaranya yaitu :
a.       Bebas dari spekulasi awal (anggapan, dugaan, harapan, asumsi)
b.      Sedapatnya memperhatikan dan mencatat fakta yang kontradiktif
c.       Mengadakan evalusi stelah pengumpulan dan pencatatan data
d.      Mengingat bahwa proses induksi bersifat sementara, maka harus senantiasa ada dalam pikiran
·      Manfaat metode induksi untuk perkembangan sains :
a.       Fakta dilihat dengan sangat objektif oleh pengamat
b.      Sains dan kegiatan ilmiah tidak menjadi semacam ideologi
·      Kelemahan metode induksi, yaitu :
a.       Fakta yang diamati tidak dapat lepas dari persepsi manusia
b.      Fakta tidak pernah tampil sebagai fakta saja
c.       Metode induksi tidak pernah lengkap



Langkah-langkah terpenting metode induksi :
1.      Memahami situasi masalah untuk  tujuan identifikasi
2.      Mengajukan hipotesis
3.      Meneliti hipotesis
4.      Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis untuk menentukan dugaan awal terbukti atau hipotesis harus ditolak
5.      Menarik kesimpulan

2.4    Metode Statistika Dalam Sains
Dalam mengaplikasikan statistika terhadap permasalahan sains, industri, atau sosial, pertama-tama dimulai dari mempelajari populasi. Makna populasi dalam statistika dapat berarti populasi benda hidup, benda mati, ataupun benda abstrak. Populasi juga dapat berupa pengukuran sebuah proses dalam waktu yang berbeda-beda, yakni dikenal dengan istilah deret waktu.
Melakukan pendataan (pengumpulan data) seluruh populasi dinamakan sensus. Sebuah sensus tentu memerlukan waktu dan biaya yang tinggi. Untuk itu, dalam statistika seringkali dilakukan pengambilan sampel (sampling), yakni sebagian kecil dari populasi, yang dapat mewakili seluruh populasi. Analisis data dari sampel nantinya digunakan untuk menggeneralisasi seluruh populasi.
Jika sampel yang diambil cukup representatif, inferensial (pengambilan keputusan) dan simpulan yang dibuat dari sampel dapat digunakan untuk menggambarkan populasi secara keseluruhan. Metode statistika tentang bagaimana cara mengambil sampel yang tepat dinamakan teknik sampling.
Analisis statistik banyak menggunakan probabilitas sebagai konsep dasarnya hal terlihat banyak digunakannya uji statistika yang mengambil dasar pada sebaran peluang. Sedangkan matematika statistika merupakan cabang dari matematika terapan yang menggunakan teori probabilitas dan analisis matematika untuk mendapatkan dasar-dasar teori statistika.                  

Ada dua macam statistika, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika deskriptif berkenaan dengan deskripsi data, misalnya dari menghitung rata-rata dan varians dari data mentah; mendeksripsikan menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data mentah lebih mudah “dibaca” dan lebih bermakna. Sedangkan statistika inferensial lebih dari itu, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan prediksi observasi masa depan, atau membuat model regresi.
Terdapat dua jenis utama penelitian: eksperimen dan survei. Keduanya sama-sama mendalami pengaruh perubahan pada peubah penjelas dan perilaku peubah respon akibat perubahan itu. Beda keduanya terletak pada bagaimana kajiannya dilakukan.
Suatu eksperimen melibatkan pengukuran terhadap sistem yang dikaji, memberi perlakuan terhadap sistem, dan kemudian melakukan pengukuran (lagi) dengan cara yang sama terhadap sistem yang telah diperlakukan untuk mengetahui apakah perlakuan mengubah nilai pengukuran. Bisa juga perlakuan diberikan secara simultan dan pengaruhnya diukur dalam waktu yang bersamaan pula. Metode statistika yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu eksperimen dipelajari dalam rancangan percobaan (desain eksperimen).
Dalam survey, di sisi lain, tidak dilakukan manipulasi terhadap sistem yang dikaji. Data dikumpulkan dan hubungan (korelasi) antara berbagai peubah diselidiki untuk memberi gambaran terhadap objek penelitian. Teknik-teknik survai dipelajari dalam metode survei.
Penelitian tipe eksperimen banyak dilakukan pada ilmu-ilmu rekayasa, misalnya teknik, ilmu pangan, agronomi, farmasi, pemasaran (marketing), dan psikologi eksperimen. Penelitian tipe observasi paling sering dilakukan di bidang ilmu-ilmu sosial atau berkaitan dengan perilaku sehari-hari, misalnya ekonomi, psikologi dan pedagogi, kedokteran masyarakat, dan industri.

Tipe pengukuran

Ada empat tipe skala pengukuran yang digunakan di dalam statistika, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio. Keempat skala pengukuran tersebut memiliki tingkat penggunaan yang berbeda dalam pengolahan statistiknya.
  • Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang bersifat kualitatif atau kategoris, misalnya jenis kelamin, agama, dan warna kulit.
  • Skala ordinal selain membedakan sesuatu juga menunjukkan tingkatan, misalnya pendidikan dan tingkat kepuasan pengguna.
  • Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak sehingga titik nol dapat digeser sesuka orang yang mengukur, misalnya tahun dan suhu dalam Celcius.
  • Skala rasio berupa angka kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak dan tidak dapat digeser sesukanya, misalnya adalah suhu dalam Kelvin, panjang, dan massa.

Teknik-teknik statistika

Beberapa pengujian dan prosedur yang banyak digunakan dalam penelitian antara lain:

Statistika Terapan

Bebebarapa ilmu pengetahuan menggunakan statistika terapan sehingga mereka memiliki terminologi yang khusus. Disiplin ilmu tersebut antara lain:
Statistika memberikan alat analisis data bagi berbagai bidang ilmu. Kegunaannya bermacam-macam: mempelajari keragaman akibat pengukuran, mengendalikan proses, merumuskan informasi dari data, dan membantu pengambilan keputusan berdasarkan data. Statistika, karena sifatnya yang objektif, sering kali merupakan satu-satunya alat yang bisa diandalkan untuk keperluan-keperluan di atas.
(Disadur dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Statistika, tanggal 20  November 2013 pukul 20.32 WIB)

2.4 Aliran-aliran Ilmiah
            Ada dua aliran dalam sejarah ilmu pengetahuan :
a. Rasionalisme
Para rasionalis dari tokoh di Eropa seperti Descartes, WG Leibniz (1646-1716) dan Barukh Spinoza (1632-1677). Para ahli ini memikirkan bagaimana cara akal budi membantu memecahkan masalah yang datang dari penganut aliran skeptisisme.
b.      Empirisme
Setelah di Inggris terjadi revolusi pemikiran besar-besaran di zaman  tokoh John Loce,
David Hume (1711-1776) dan Barkeley. Menurut tokoh-tokoh empirisme, pengetahuan dan kepastian dapat ditelaah dengan bantuan informasi atas objek dari pancaindera.
Ada beberapa hal penting yang menjadi prinsip dalam aliran empirisme adalah :
a.       Semua proposisi disimpulkan dari pengalaman yang sudah diolah otak manusia
b.      Tanpa pengamatan akan objek tidak mungkin timbul ide mengenai objek tersebut
c.       Akal budi atau rasio dapat berfungsi jika mempunyai acuan ke realitas nyata dalam bentuk pengalaman
Tiga prinsip dasar dalam hukum asosiasi, yaitu prinsip kemiripan, prinsip kontinuitas dan prinsip sebab-akibat

BAB III
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
a. Metode Ilmiah
            Metode ilmiah adalah prosedur yang mencakup penalaran ilmiah berupa pemikiran dan disertai tindakan, pola kerja empiris dan prosedur pengujian yang sudah ada beserta strukturnya.
b. Metode Abduksi
                 Metode abduksi adalah semua proses yang terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan.

c. Metode deduksi dalam sains
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus
d.      Metode Induksi dalam sains
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
e.         Metode Statistika dalam sains
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
f. Aliran-aliran ilmiah : rasionalisme dan empirisme

4.2 Saran
Metode yang digunakan dalam suatu masalah dengan masalah lain berbeda-beda. Maka kita harus menganalisa dulu permasalahannya dan menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Muslih, Mohammad. 2008. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar
Soetriono. 2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Andi
S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara
Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ihsan, Fuad, 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT.Rineka Cipta.



1 komentar:

tepi tenang mengatakan...

Selamat pagi/siang/sore/malam kak, apakah saya boleh tau sumber dari bagian metode deduksi dalam tulisan ini? Terimakasih

Kamis, 12 Desember 2013

Metode Ilmiah ( Metode abduksi, metode deduksi, metode induksi dan metode statistika )



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Ilmu pengetahuan tidak akan diam begitu saja karena secara spontan rasa ingin tahu manusia akan bergerak mencari yang belum diketahui. Hal tersebut terjadi karena objek alam adalah misteri besaryang sedikit demi sedikit disibakkan manusia dengan kegiatannya meneliti melalui pengamatan dan analisis. Selain itu, dengan kreativitasnya setiap ilmu mempunyai bahasan dan tujuan-tujuan tersendiri, melakukan pengetahuan sendiri  dan “dihidupi” oleh pemirsanya untuk memperoleh kebenaran-kebenaran lebih lanjut akan apa yang diamato dan menjadi objeknya.
Metode ilmiah merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari ilmu ilmiah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini tidak harus selalu berurutan. Langkah demi langkah seperti contoh yang tercantum berikut ini, yang penting ialah pemecahan masalah untuk mendapatkan kesimpulan umum (generalisasi) yang didasarkan atas data dan uji dengan data bukan oleh keinginan, prasangka, kepercayaan atau pertimbangan lain.
Seorang ilmuwan memulai penelitian dengan membuat pertanyaan atau keraguan. Setiap pertanyaan atau keraguan membutuhkan penjelasan yang dipercaya atau diandalkan. Tidak pernah ada pertanyaan retoris dalam ilmu pengetahuan. Pertanyaan selalu merupakan pertanyaan yang real yang menggugah ilmuwan untuk mencari solusi atau penjelasan. Solusi ilmiah mengajak ilmuwan untuk mencoba menemukan the imagined action. Maka dari itu, dalam solusi ilmiah diperlukan metode ilmiah yang akan dibahas dalam makalah ini.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.  Apa pengertian metode ilmiah dan bagaimana metode ilmiah tersebut ?
2. Bagaimana dengan metode abduksi ?
3.  Bagaimana dengan metode deduksi dalam sains ?
4.  Bagaimana dengan metode induksi dalam sains ?
5. Bagaimana dengan metode statistika dalam sains ?
6. Bagaimana dengan aliran-aliran ilmiah ?

1.3  TUJUAN
·       Dapat memahami metode ilmiah.
·     Dapat memilih serta merancang metode yang tepat dalam menjawab pertanyaan tentang alam atau permasalahan yang dihadapi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Ilmiah
           
Kata “metode’’ berasal dari kata Yunani, meta yang berarti “sesudah’’ dan hodos yang berarti “jalan’’.  Metode adalah langkah-langkah berurutan yang diambil untuk mencapai pengetahuan yang benar. Langkah-langkah tersebut dapat berupa tatacara, tehnik, teori beserta urutannya, atau jalan yang telah dirancang sebelumnya, maupun langkah-langkah baru yang ditemukan dijalan. Pada kenyataannya penyimpangan dari langkah-langkah yang telah ditentuka sangat mungkin terjadi karena ditemukannya fakta-fakta baru yang mungkin lebih menarik dan bahkan bisa mngubah hipotesis sebelumnya.
Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.Metode utama dalam sains biasanya diwarnai pendekatan empiris. Hal ini disebabkan oleh sejarah sains yang sangat berkembang karena adanya eksperimen-eksperimen yang dilakukandi laboratorium untuk meniru ituasi dan kondisi alam. Dimulai dengan aliran empiris John Locke dan David Hume, sains merupakan hasil “permainan’’  berbagai variabel dan parameter buatan manusia.
Sains juga berkembang karena adanya kepentingan pragmatis dari pengguna sains dan para pelaku teknologi. Untuk itu terciptalah berbagai metode ilmiah baru yang berbeda dari metode sebelumnya yang telah dibahas oleh Francis Bacon. Aliran positivisme menggunakan sains dan hasil-hasil sains empiris untuk aplikasi ke semua bidang. Kaum positivisme zaman itu dipelopori Auguste Comte dan John Stuart Mill yang sangat membantu dengan rumusan-rumusan logikanya, membuat metode ilmiah meluas penggunaannya untuk ilmu-ilmu lainnya termasuk ilmu sosial dan budaya, antropologi, sejarah, ekonomi dan sebagainya.
Dalam proses pencarian yang dilakukan manusia, ada dua momen yang melahirkan metode ilmiah. Momen yang pertama adalah momen kesadaran akan adanya masalah. Momen yang kedua adalah proses berpikir baru untuk mengusahakan pemecahan masalah. Dan proses yang terjadi di antara kesadaran akan masalah dan pemecahan masalah ini merupakan penelitian dimana di dalamnya digunakan metode. Jika diteliti lebih lanjut, momen-momen kesadaran ini sangatlah rumit dinamikanya, dan banyak menarik perhatian para pemikir di abad pertengahan.
Rene Descartes yang juga dijuluki Bapak Filsafat Modern pernah merenungkan perihal pengetahuan dan kesadaran, dan hasil pemikiran Descartes sanagat berpengaruh pada lahirnya metode-metode dalam ilmu pengetahuan. “Kesadaran’’ dari subjek yang berpikir mendapat tempat istimewa dalam penggalian pengetahuan menurut Descartes.
Dalam salah satu buku utamanya yaitu “Wacana Metode’’ (Discours de la Methode, 1637) Descartes mengatakan bahwa beberapa kaidah pokok perihal metode adalah sebagai berikut :
a.       Jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali jika mengetahui secara jelas bahwa hal itu memang benar, artinya hindari secara berhati-hati penyimpulan terlalu cepat prasangka; dan jangan memasukkan apapun ke dalam pandangan Anda kecuali apa yang ditampilkan sangat jelas dan gamblang di dalam nalar, sehingga tidak akan ada kesempatan untuk meragukannya.
b.      Memilah-milah satu per satu kesulitan yang akan ditelaah menjadi bagian-bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang diperlukan, untuk lebih memudahkan menyelesaikannya.
c.       Memikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek yang paling sederhana dan paling mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah yang paling rumit, dan bahkan dengan menata urutan objek-objek yang secara alami tidak beraturan.
d.      Membuat perincian selengkap mungkin dan memeriksa secara menyeluruh sampai yakin bahwa tidak ada yang terlupakan.
Objek kajian juga dapat menentukan metode. Ada keterkaitan tersendiri antara objek
formal dengan metode dan juga hukum yang berlaku. Dalam ilmu alam, data pengamatan awal adalah hasil persepsrena objek indrawi manusia, dan diolah dan dicari tahu sebab-sebabnya serta komponen-komponennya. Untuk penyelidikannya, diperlukan berpikir abstrak, mengidentifikasi, memilah, menggolongkan, menjelaskan, dan lain-lain dengan atau tanpa alat bantu.
Dalam menelaah memerlukan metodologi yang tepat karena objek antara sama lain mempunyai proses dan karakteristik yang berbeda.
          Komponen umum siklus empirik mencakup tahapan-tahapan :
Tahap I : Observasi
Ilmuwan bekerja lebih dari sekedar mengamati, melainkan termasuk mengumpulkan data, mendaftar, mengidentifikasi, memilah-milah, menggolongkan, mengklasifikasi secara ilmiah, serta mengadakan evalusi awal
Tahap II : Induksi awal
Induksi awal selalu dibantu oleh logika dan kadang-kadang oleh matematika.
Tahap III : Deduksi Logis
Deduksi logis untuk mengolah lebih lanjut data empiris awal tadi yang akan dirumuskan hipotesis.
Tahap IV : Verifikasi
Verifikasi adalah tahap pengukuhan dugaan sementara tadi dengan memperlakukan eksperimen empiris terhadap objek
Tahap V: Klasifikasi Empirik
Hasil yang didapat akan diamati dan dianalisis, yang  merupakan tahap klarifikasi ilmiah, dimana hasil analisis akan menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis sebelumnya

2.3 Metode Abduksi
Pemikiran peirce tentang Abduksi
            Menurut C. S. Pierce metode abduksi adalah semua proses yang terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan. Mula-mula ia memandang abduksi sebagai suatu bentuk penyimpulan yang terdiri dari tiga proposisi, yaitu, proposisi tentang suatu hukum (rule), proposisi tentang suatu kasus (case), dan terakhir proposisi tentang kesimpulan (result), yang dibentuk dalam suatu silogisme hipotesis yang terdiri dari premis mayor, minor, dan kesimpulan :
Jika A, maka B
Dan A :
Maka B
      Secara formal, abduksi sebenarnya merupakan suatu bentuk silogisme yang bertolak dari fakta atau kasus.
              
      Ciri-ciri abduksi yaitu :
1.      Menawarkan suatu hepatitis yang memberikan eksplanasi yang probable : hipotesis merupakan suatu kemungkinan penjelasan.
2.      Memberikan eksplanasi terhadap fakta-fakta lain yang belum dijelaskan dan bahkan tidak dapat diobservasi secara langsung.
         Daya tarik metode abduksi yaitu untuk menjelaskan fakta yang tampak maupun fakta yang tidak kelihatan di masa depan namun bisa dinalar sejak sekarang. Seperti hipotesisKopernikus saat mengajukan konsep heliosentris.
  Beberapa syarat dalam pemilihan hipotesis, sebagi berikut :
1.      Suatu hipotesis yang baik adalah hipotesis yang terbuka dan mendalam, dapat menjelaskan fenomena lain secara bersamaan (tentu masih dalam lingkup ilmu yang bersangkutan).
2.       Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang bisa diuji, dan sekaligus juga yang sangat membantu bagi perkembangan ilmu itu sendiri.
2.3 Metode Deduksi Dalam Sains
Deduksi berasal dari bahasa inggris deduction yang berarti penarikani kesimpulan dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang umum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana digambarkan sebagai penyusun dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.[1][3]
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan metode deduktif adalah sebagai berikut :
Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup  (premis mayor)
Anton adalah seorang makhluk hidup                                                  (premis minor)
Jadi, Anton perlu makan untuk mempertahankan hidupnya.                           (kesimpulan)
(Disadur dari : Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal 48-49)
2.3  Pengertian Induksi Dalam Sains
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menemukan hukum. (Kamus umum bahasa Indonesia hal. 444 W.J.S. Poerwadarminta, Balai pustaka, 2006)
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan eksperimen dilakukan untuk mengenai gejala-gejala dengan tepat dan saksama, sedang hipotesis dan induksi membuat rumusan dari hukum-hukumnya. 
Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang  bersifat umum.
Contoh dari induksi :
1.      Kuda sumba punya jantung
2.      Kuda Australia punya sebuah jantung
3.      Kuda amerika punya sebuah jantung
4.      ….
Jadi, setiap kuda punya sebuah jantung
Untuk mengatasi perdebatan masalah objetivisme, Bacon memberikan beberapa rambu-rambu untuk metode induksi dalam pengamatan objek terutama objek dialam, diantaranya yaitu :
a.       Bebas dari spekulasi awal (anggapan, dugaan, harapan, asumsi)
b.      Sedapatnya memperhatikan dan mencatat fakta yang kontradiktif
c.       Mengadakan evalusi stelah pengumpulan dan pencatatan data
d.      Mengingat bahwa proses induksi bersifat sementara, maka harus senantiasa ada dalam pikiran
·      Manfaat metode induksi untuk perkembangan sains :
a.       Fakta dilihat dengan sangat objektif oleh pengamat
b.      Sains dan kegiatan ilmiah tidak menjadi semacam ideologi
·      Kelemahan metode induksi, yaitu :
a.       Fakta yang diamati tidak dapat lepas dari persepsi manusia
b.      Fakta tidak pernah tampil sebagai fakta saja
c.       Metode induksi tidak pernah lengkap



Langkah-langkah terpenting metode induksi :
1.      Memahami situasi masalah untuk  tujuan identifikasi
2.      Mengajukan hipotesis
3.      Meneliti hipotesis
4.      Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis untuk menentukan dugaan awal terbukti atau hipotesis harus ditolak
5.      Menarik kesimpulan

2.4    Metode Statistika Dalam Sains
Dalam mengaplikasikan statistika terhadap permasalahan sains, industri, atau sosial, pertama-tama dimulai dari mempelajari populasi. Makna populasi dalam statistika dapat berarti populasi benda hidup, benda mati, ataupun benda abstrak. Populasi juga dapat berupa pengukuran sebuah proses dalam waktu yang berbeda-beda, yakni dikenal dengan istilah deret waktu.
Melakukan pendataan (pengumpulan data) seluruh populasi dinamakan sensus. Sebuah sensus tentu memerlukan waktu dan biaya yang tinggi. Untuk itu, dalam statistika seringkali dilakukan pengambilan sampel (sampling), yakni sebagian kecil dari populasi, yang dapat mewakili seluruh populasi. Analisis data dari sampel nantinya digunakan untuk menggeneralisasi seluruh populasi.
Jika sampel yang diambil cukup representatif, inferensial (pengambilan keputusan) dan simpulan yang dibuat dari sampel dapat digunakan untuk menggambarkan populasi secara keseluruhan. Metode statistika tentang bagaimana cara mengambil sampel yang tepat dinamakan teknik sampling.
Analisis statistik banyak menggunakan probabilitas sebagai konsep dasarnya hal terlihat banyak digunakannya uji statistika yang mengambil dasar pada sebaran peluang. Sedangkan matematika statistika merupakan cabang dari matematika terapan yang menggunakan teori probabilitas dan analisis matematika untuk mendapatkan dasar-dasar teori statistika.                  

Ada dua macam statistika, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika deskriptif berkenaan dengan deskripsi data, misalnya dari menghitung rata-rata dan varians dari data mentah; mendeksripsikan menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data mentah lebih mudah “dibaca” dan lebih bermakna. Sedangkan statistika inferensial lebih dari itu, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan prediksi observasi masa depan, atau membuat model regresi.
Terdapat dua jenis utama penelitian: eksperimen dan survei. Keduanya sama-sama mendalami pengaruh perubahan pada peubah penjelas dan perilaku peubah respon akibat perubahan itu. Beda keduanya terletak pada bagaimana kajiannya dilakukan.
Suatu eksperimen melibatkan pengukuran terhadap sistem yang dikaji, memberi perlakuan terhadap sistem, dan kemudian melakukan pengukuran (lagi) dengan cara yang sama terhadap sistem yang telah diperlakukan untuk mengetahui apakah perlakuan mengubah nilai pengukuran. Bisa juga perlakuan diberikan secara simultan dan pengaruhnya diukur dalam waktu yang bersamaan pula. Metode statistika yang berkaitan dengan pelaksanaan suatu eksperimen dipelajari dalam rancangan percobaan (desain eksperimen).
Dalam survey, di sisi lain, tidak dilakukan manipulasi terhadap sistem yang dikaji. Data dikumpulkan dan hubungan (korelasi) antara berbagai peubah diselidiki untuk memberi gambaran terhadap objek penelitian. Teknik-teknik survai dipelajari dalam metode survei.
Penelitian tipe eksperimen banyak dilakukan pada ilmu-ilmu rekayasa, misalnya teknik, ilmu pangan, agronomi, farmasi, pemasaran (marketing), dan psikologi eksperimen. Penelitian tipe observasi paling sering dilakukan di bidang ilmu-ilmu sosial atau berkaitan dengan perilaku sehari-hari, misalnya ekonomi, psikologi dan pedagogi, kedokteran masyarakat, dan industri.

Tipe pengukuran

Ada empat tipe skala pengukuran yang digunakan di dalam statistika, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio. Keempat skala pengukuran tersebut memiliki tingkat penggunaan yang berbeda dalam pengolahan statistiknya.
  • Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang bersifat kualitatif atau kategoris, misalnya jenis kelamin, agama, dan warna kulit.
  • Skala ordinal selain membedakan sesuatu juga menunjukkan tingkatan, misalnya pendidikan dan tingkat kepuasan pengguna.
  • Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak sehingga titik nol dapat digeser sesuka orang yang mengukur, misalnya tahun dan suhu dalam Celcius.
  • Skala rasio berupa angka kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak dan tidak dapat digeser sesukanya, misalnya adalah suhu dalam Kelvin, panjang, dan massa.

Teknik-teknik statistika

Beberapa pengujian dan prosedur yang banyak digunakan dalam penelitian antara lain:

Statistika Terapan

Bebebarapa ilmu pengetahuan menggunakan statistika terapan sehingga mereka memiliki terminologi yang khusus. Disiplin ilmu tersebut antara lain:
Statistika memberikan alat analisis data bagi berbagai bidang ilmu. Kegunaannya bermacam-macam: mempelajari keragaman akibat pengukuran, mengendalikan proses, merumuskan informasi dari data, dan membantu pengambilan keputusan berdasarkan data. Statistika, karena sifatnya yang objektif, sering kali merupakan satu-satunya alat yang bisa diandalkan untuk keperluan-keperluan di atas.
(Disadur dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Statistika, tanggal 20  November 2013 pukul 20.32 WIB)

2.4 Aliran-aliran Ilmiah
            Ada dua aliran dalam sejarah ilmu pengetahuan :
a. Rasionalisme
Para rasionalis dari tokoh di Eropa seperti Descartes, WG Leibniz (1646-1716) dan Barukh Spinoza (1632-1677). Para ahli ini memikirkan bagaimana cara akal budi membantu memecahkan masalah yang datang dari penganut aliran skeptisisme.
b.      Empirisme
Setelah di Inggris terjadi revolusi pemikiran besar-besaran di zaman  tokoh John Loce,
David Hume (1711-1776) dan Barkeley. Menurut tokoh-tokoh empirisme, pengetahuan dan kepastian dapat ditelaah dengan bantuan informasi atas objek dari pancaindera.
Ada beberapa hal penting yang menjadi prinsip dalam aliran empirisme adalah :
a.       Semua proposisi disimpulkan dari pengalaman yang sudah diolah otak manusia
b.      Tanpa pengamatan akan objek tidak mungkin timbul ide mengenai objek tersebut
c.       Akal budi atau rasio dapat berfungsi jika mempunyai acuan ke realitas nyata dalam bentuk pengalaman
Tiga prinsip dasar dalam hukum asosiasi, yaitu prinsip kemiripan, prinsip kontinuitas dan prinsip sebab-akibat

BAB III
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
a. Metode Ilmiah
            Metode ilmiah adalah prosedur yang mencakup penalaran ilmiah berupa pemikiran dan disertai tindakan, pola kerja empiris dan prosedur pengujian yang sudah ada beserta strukturnya.
b. Metode Abduksi
                 Metode abduksi adalah semua proses yang terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan dan berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan.

c. Metode deduksi dalam sains
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus
d.      Metode Induksi dalam sains
Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Metode berpikir induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
e.         Metode Statistika dalam sains
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
f. Aliran-aliran ilmiah : rasionalisme dan empirisme

4.2 Saran
Metode yang digunakan dalam suatu masalah dengan masalah lain berbeda-beda. Maka kita harus menganalisa dulu permasalahannya dan menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Muslih, Mohammad. 2008. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar
Soetriono. 2007. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Andi
S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara
Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ihsan, Fuad, 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT.Rineka Cipta.



1 komentar:

  1. Selamat pagi/siang/sore/malam kak, apakah saya boleh tau sumber dari bagian metode deduksi dalam tulisan ini? Terimakasih

    BalasHapus